CUACA EKSTRIM, GUNUNG SAGO RAWAN : Galodo Susulan Ancam Tiga Kecamatan
Thursday, May 21, 2015
Add Comment
Muntahan galodo alias banjir bandang dari Gunung Sago yang menghantam Nagari Mungo, Kecamatan Luhak Selasa (19/5) malam, dikhawatirkan masih mengancam keselamatan masyarakat di dua kecamat an lainnya di selatan Limapu luh Kota.
Masing-masing Kecamat an Lareh Sago Halaban dan Kecamatan Situjuah Limo Nagari. Hal tersebut diung kapkan Kepala Bidang Keda ruratan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Limapuluh Kota, Edi, kepada Singgalang usai mengunjungi Nagari Mungo, Rabu (20/6).
Semalam sebelumnya, puluhan unit bangunan milik warga dilaporkan terendam oleh banjir yang bersumber dari Gunung Sago. Bencana galodo Gunung Sago, sudah menjadi momok menakutkan oleh masyarakat di tiga keca matan setempat sejak 1926.
Di tahun tersebut, galodo paling parah sepanjang seja rah, dilaporkan memuntah kan bebatuan dan merusak ratusan bangunan masyarakat serta menelan korban jiwa. “Galodo Gunung Sago, biasanya terjadi 30 tahun sekali. Terakhir, di tahun 2010,” imbuh Edi.
Dalam musibah galodo 2010, puluhan unit bangunan milik warga dilaporkan han cur serta ratusan hektare sawah dan kebun masyarakat gagal panen. Bencana galodo di 2010, sempat menyita perhatian publik, buntut adanya dugaan korupsi da lam anggaran bencana ber nilai belasan miliar rupiah.
Kasus proyek bencana tersebut, dipegang Kejaksaan Negeri Payakumbuh. Entah apa penyebabnya, beberapa tahun setelah menetapkan PPTK proyek bencana ber inisial “NM” sebagai tersang ka, namun sampai kini “NM” belum ditahan bahkan pe ngembangan kasusnya diteng garai buntu.
Kembali ke bencana alam yang terjadi Selasa (19/5) malam, galodo yang untung nya tidak menyeret bebatuan dan kayu-kayuan itu, mem buat bangunan penduduk di Nagari Mungo dan sebaha gian besar di Nagari Batu Payuang, Kecamatan Lareh Sago Halaban terendam banjir.
Kendati tidak ada korban jiwa dan bencana belum harus memaksa Pemerintah mendirikan tenda pengung sian, namun puluhan hektare lahan milk warga gagal pa nen serta seekor sapi milik penduduk Batu Payuang, tewas setelah kandang he wan peliharaan tersebut ditimpa pohon kelapa.
BPBD Limapuluh Kota tidak menampik, galodo su sulan masih mengancam Nagari Mungo di Luhak serta nagari-nagari lain di Situjuah Limo Nagari dan Lareh Sago Halaban. “Mengingat, sejak kejadian sampai sekarang, cuaca cendrung ekstrim,” tutur Edi.
Pihaknya mengaku, masih bersiaga dengan unsur TNI, Polri serta tim SAR di bebe rapa titik lokasi kejadian. “Kita khawatir, sewaktu-waktu datang galodo susul an,” pungkas Edi. Kapolres Payakumbuh AKBP Yuliani secara terpisah menyebut, masih men-standby-kan ang gotanya di nagari rawan bencana.
Wakil Bupati Limapuluh Kota Asyirwan Yunus meme rintahkan BPBD untuk segera duduk semeja dengan unsur Muspika, pemerintahan naga ri serta tokoh masyarakat, dalam mendata kerugian material akibat bencana alam kemarin. “Saya minta, BPBD tidak meninggalkan masya rakat. Terus siaga,” tegas Asyirwan.
Asyirwan berharap ke pada masyarakat untuk terus bertawakal dan tidak panik. “BPBD ditantang untuk lebih waspada. Sewaktu-waktu ada tanda-tanda galodo be sar akan turun, tolong rakyat diungsikan. Koordinir dan berikan keselamatan cepat,” demikian Asyirwan.
Hingga berita ini diturun kan, BPBD maupun aparatur Pemerin tahan Nagari Mungo masih men data, total keru gian material akibat bencana tersebut. (Koran Singgalang)
Masing-masing Kecamat an Lareh Sago Halaban dan Kecamatan Situjuah Limo Nagari. Hal tersebut diung kapkan Kepala Bidang Keda ruratan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Limapuluh Kota, Edi, kepada Singgalang usai mengunjungi Nagari Mungo, Rabu (20/6).
Semalam sebelumnya, puluhan unit bangunan milik warga dilaporkan terendam oleh banjir yang bersumber dari Gunung Sago. Bencana galodo Gunung Sago, sudah menjadi momok menakutkan oleh masyarakat di tiga keca matan setempat sejak 1926.
Di tahun tersebut, galodo paling parah sepanjang seja rah, dilaporkan memuntah kan bebatuan dan merusak ratusan bangunan masyarakat serta menelan korban jiwa. “Galodo Gunung Sago, biasanya terjadi 30 tahun sekali. Terakhir, di tahun 2010,” imbuh Edi.
Dalam musibah galodo 2010, puluhan unit bangunan milik warga dilaporkan han cur serta ratusan hektare sawah dan kebun masyarakat gagal panen. Bencana galodo di 2010, sempat menyita perhatian publik, buntut adanya dugaan korupsi da lam anggaran bencana ber nilai belasan miliar rupiah.
Kasus proyek bencana tersebut, dipegang Kejaksaan Negeri Payakumbuh. Entah apa penyebabnya, beberapa tahun setelah menetapkan PPTK proyek bencana ber inisial “NM” sebagai tersang ka, namun sampai kini “NM” belum ditahan bahkan pe ngembangan kasusnya diteng garai buntu.
Kembali ke bencana alam yang terjadi Selasa (19/5) malam, galodo yang untung nya tidak menyeret bebatuan dan kayu-kayuan itu, mem buat bangunan penduduk di Nagari Mungo dan sebaha gian besar di Nagari Batu Payuang, Kecamatan Lareh Sago Halaban terendam banjir.
Kendati tidak ada korban jiwa dan bencana belum harus memaksa Pemerintah mendirikan tenda pengung sian, namun puluhan hektare lahan milk warga gagal pa nen serta seekor sapi milik penduduk Batu Payuang, tewas setelah kandang he wan peliharaan tersebut ditimpa pohon kelapa.
BPBD Limapuluh Kota tidak menampik, galodo su sulan masih mengancam Nagari Mungo di Luhak serta nagari-nagari lain di Situjuah Limo Nagari dan Lareh Sago Halaban. “Mengingat, sejak kejadian sampai sekarang, cuaca cendrung ekstrim,” tutur Edi.
Pihaknya mengaku, masih bersiaga dengan unsur TNI, Polri serta tim SAR di bebe rapa titik lokasi kejadian. “Kita khawatir, sewaktu-waktu datang galodo susul an,” pungkas Edi. Kapolres Payakumbuh AKBP Yuliani secara terpisah menyebut, masih men-standby-kan ang gotanya di nagari rawan bencana.
Wakil Bupati Limapuluh Kota Asyirwan Yunus meme rintahkan BPBD untuk segera duduk semeja dengan unsur Muspika, pemerintahan naga ri serta tokoh masyarakat, dalam mendata kerugian material akibat bencana alam kemarin. “Saya minta, BPBD tidak meninggalkan masya rakat. Terus siaga,” tegas Asyirwan.
Asyirwan berharap ke pada masyarakat untuk terus bertawakal dan tidak panik. “BPBD ditantang untuk lebih waspada. Sewaktu-waktu ada tanda-tanda galodo be sar akan turun, tolong rakyat diungsikan. Koordinir dan berikan keselamatan cepat,” demikian Asyirwan.
Hingga berita ini diturun kan, BPBD maupun aparatur Pemerin tahan Nagari Mungo masih men data, total keru gian material akibat bencana tersebut. (Koran Singgalang)
0 Response to "CUACA EKSTRIM, GUNUNG SAGO RAWAN : Galodo Susulan Ancam Tiga Kecamatan "
Post a Comment