Prosesi Pengukuhan Penghulu Dilanda Riak
Wednesday, January 6, 2010
Add Comment
Prosesi pengukuhan Z.Dt Bungo Tanjuang sebagai penghulu kaampek suku dari pasukuan Malayu, Jorong Tambun Ijuak, Kenagarian Koto Tangah Batu Hampa-Akabiliru dilanda riak, Minggu (3/1).
Alek yang dilaksanakan di rumah godang pasukuan Malayu itu, K. Dt.Banso mempersoalkan seorang ninik mamak yang hadir dalam prosesi itu. Hingga tega mengusirnya saat alek ramai. Diduga penyebabnya adalah masalah sako jo pusako. Tindakan itu disesalkan oleh anggota ninik mamak yang lain.
“Kita sangat sesalkan ulah oknum datuak ninik mamak yang menyebabkan datuak tigo kampuang dan kamanakannya harus meninggalkan alek yang dikatakan baradaik. Masak undangan mamacah timbo alek di kampuang orang, secara etika apalagi adat, tindakan itu tidak mencerminkan orang yang berdat, kalaupun ada persoalan sako jo pusako selesaikan di balai adat bukan membuka aib orang di tengah alek kampuang,” ujar Malano Dt.Sati, Dt.Logam, Dt.Kudun serta sejumlah masyarakat lainnya.
Bupati Kabupaten Limapuluh Kota yang diwakili Sekda Resman langsung terperangah. Dalam sambutannya mengingatkan seluruh ninik mamak memakai sifat arif dan bijaksana.
“Penghulu itu memiliki strategi kepemimpinan, walau tajam bukan makanan lampeh. Keris yang dipasang serong ke kiri itu memiliki makna kalau memang harus dicabut dengan konsekwensi yang harus ditanggung anak kemanakan sesuai warih nan bajawek adat nan bapakai,” katanya.
Bupati menilai, masih banyak ninik mamak yang belum memahami bagaimana adat yang sesungguhnya. Sangat diperlukan peningkatan pemahaman, bahkan pada tahun 2010, Pemkab Limapuluh Kota melaksanakan pemberantasan kemiskinan dan peningkatan ekonomi melalui ninik mamak.
“Ke depan direncanakan bantuan ekonomi kerakyatan ini diserahkan kepada suku/kaum, sehingga tidak ada istilah mamak nan tidak mengurus kemanakannya. Persoalan kredit macet yang selama ini banyak terjadi selama ini biasa diatasi,” kata bupati. (SGL)
Alek yang dilaksanakan di rumah godang pasukuan Malayu itu, K. Dt.Banso mempersoalkan seorang ninik mamak yang hadir dalam prosesi itu. Hingga tega mengusirnya saat alek ramai. Diduga penyebabnya adalah masalah sako jo pusako. Tindakan itu disesalkan oleh anggota ninik mamak yang lain.
“Kita sangat sesalkan ulah oknum datuak ninik mamak yang menyebabkan datuak tigo kampuang dan kamanakannya harus meninggalkan alek yang dikatakan baradaik. Masak undangan mamacah timbo alek di kampuang orang, secara etika apalagi adat, tindakan itu tidak mencerminkan orang yang berdat, kalaupun ada persoalan sako jo pusako selesaikan di balai adat bukan membuka aib orang di tengah alek kampuang,” ujar Malano Dt.Sati, Dt.Logam, Dt.Kudun serta sejumlah masyarakat lainnya.
Bupati Kabupaten Limapuluh Kota yang diwakili Sekda Resman langsung terperangah. Dalam sambutannya mengingatkan seluruh ninik mamak memakai sifat arif dan bijaksana.
“Penghulu itu memiliki strategi kepemimpinan, walau tajam bukan makanan lampeh. Keris yang dipasang serong ke kiri itu memiliki makna kalau memang harus dicabut dengan konsekwensi yang harus ditanggung anak kemanakan sesuai warih nan bajawek adat nan bapakai,” katanya.
Bupati menilai, masih banyak ninik mamak yang belum memahami bagaimana adat yang sesungguhnya. Sangat diperlukan peningkatan pemahaman, bahkan pada tahun 2010, Pemkab Limapuluh Kota melaksanakan pemberantasan kemiskinan dan peningkatan ekonomi melalui ninik mamak.
“Ke depan direncanakan bantuan ekonomi kerakyatan ini diserahkan kepada suku/kaum, sehingga tidak ada istilah mamak nan tidak mengurus kemanakannya. Persoalan kredit macet yang selama ini banyak terjadi selama ini biasa diatasi,” kata bupati. (SGL)
0 Response to "Prosesi Pengukuhan Penghulu Dilanda Riak"
Post a Comment