OEMAR BAKRI DARI GALUGUA
Tuesday, April 7, 2015
Add Comment

Naswaldi A Ma Pd SD seorang pengajar di Sekolah Dasar Negeri 02 Desa
Galugua Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Koto. Ia biasa dipanggil Pak Iwal, sejak 16 ia diangkat
sebagai tenaga pengajar di SD ini. Pagi itu ditemani
segelas teh, ia bercerita tentang tempatnya mengajar. Masih jauh tertinggal,
disana hanya memanfaatkan tenaga surya untuk sumber energi. Telekomunikasi jangan ditanya, masih jauh tertinggal.
“Hanya jaringan Ceria yang bisa untuk berkomunikasi”
katanya. Rasa haru tak bisa ia sembunyikan ketika diangkat
menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Walaupun melihat kondisi
tempatnya mengajar seperti itu, hatinya tergerak untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas pendidikan di Desa Galugua. Awalnya ia rasakan
suasana berbeda dengan di rumah yang memang bersebelahan dengan sekolah. Di tempatnya mengajar sekarang sekarang kekurangan
guru agama. Kata Iwal, siswa disana haus dengan pendidikan. Ada delapan guru yang mengabdi di SD ini, 2 lagi
penjaga sekolah, diluar guru honorer.
Tahun 2004 lalu, Iwal lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Setelah
lulus belum ada berpikir untuk melanjutkan kuliah karena faktor biaya, ia
membantu orang tua untuk berjualan nasi goreng, lontong sayur dan gorengan di
Sekolah Dasar 05 Limbanang. Jika sore, ia juga
berjualan gorengan, mie rebus dan kerupuk didepan rumah. Siswa yang jadi
pelanggan cukup dekat dengannya. “Ada jiwa pengajar dalam
dirinya,” kata Wardati Maran, mantan Kepala Sekolah SD N5. Tidak lama kemudian
Wardarti menawarkan Iwal untuk menjadi honorer di sekolah tersebut. Iwal tidak
pikir panjang, ia menerima tawaran itu. Juli tahun 2004, ia
memulai aktifitas barunya sebagai seorang guru honorer. Meski demikian Iwal
tetap membantu orang tua menjaga warung seperti biasa. Awal tahun 2005 lalu, kabar gembira muncul setelah
kepala sekolah menawarkan ia untuk melanjutkan sekolah.
Saat itu Universitas Terbuka membuka menerima mahasiswa baru. Ia memilih
jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. “Untuk biaya gimana
buk?” “Jangan dipikirkan, untuk biaya nanti ada saja rezki,”
jawab Wardati. Iwal mulai menjalani aktifitas bagaikan air mengalir.
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, pertengahan tahun 2008 Iwal menyelesaikan
pendidikan dan wisuda di Jakarta. Setelah menyelesaikan
pendidikan Kepala sekolah tempat ia honor mutasi dan kepala sekolah baru
merekomendasikannya untuk menjadi guru kelas. Perjuangannya tak
berhenti begitu saja. Ia melanjutkan pendidikan ke strata satu (S1) PGSD. “Saat
ini sudah slesai, menunggu wisuda bulan Juni tahun ini” katanya.
Kisah Iwal merupakan pelajaran sederhana, diera teknologi ini menjadi
sarana mempermudah untuk mengeyam pendidikan yang layak. Tapi tidak bagi iwal dan murid-muridnya di Desa
Galugua sana. Kini setiap hari Iwal harus menempuh jarak sekin kilo, melewati
tebing dan mendaki bukit, belum lagi jika hujan. Kondisi itu ia lalui
tanpa beban, karena murid-muridnya senantiasa menunggu disebuah ruangan kelas
kecil di ujung sana. (Oleh Gilang Helindro,
Jumat, 29 Juni 2012).
0 Response to "OEMAR BAKRI DARI GALUGUA"
Post a Comment