Cubadak, PKK dan Mauro Paiti
Wednesday, March 10, 2010
Add Comment
Oleh Fefri Rusji,S.Pd
Beberapa bulan lalu saya berkunjung ke kampung teman saya di Tanah Da-tar. Tepatnya di jorong Supanjang, na-gari Cubadak, kecamatan Limo Kaum. Saya ketempat kakak teman saya itu yang kebetulan baralek.
Seperti halnya nagari saya,Muaro Paiti. Nagari Cubadak ini tidaklah isti-mewa. Bahkan kalau saya boleh meni-lai,nagari saya jauh lebih hebat dari nagari Cubadak itu. Warga Cubadak rata-rata ke ladang dan berkebun. Ada yang berkebun cabe,tomat dan ba-wang. Ada pula yang bersawah, dan tidak sedikit juga yang berkebun sam-bil bersawah.
Dari segi kemakmuran, kampung saya juga lebih unggul. Di nagari Cu-badak itu yang punya motor rata-rata tukang ojek, beda dengan kampung saya, hampir tiap rumah ada motor-nya. Bahkan banyak yang mempunyai motor lebih dari satu. Makmur sekali kampung saya ini. Apalagi? Pendidi-kan, kampung saya Muaro Paiti juga tetap unggul, data Himapemupa men-catat untuk yang di Padang saja pela-jar dan mahasiswa Muaro Paiti me-nembus angka 100 orang. Namun ada yang menarik saya lihat tradisi disana, yaitu setiap warga bara-lek boleh memakai pelaminan yang di sediakan oleh PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) setem-pat. Ya,PKK nagari Cubadak menye-diakan pelaminan buat warga yang baralek,tentunya dengan sewa yang sangat terjangkau. Hal ini sangatlah positif, mengingat mahalnya biaya baralek saat ini. Dengan terobosan PKK tersebut dapat meringankan be-ban masyarakat Cubadak.
Batapa tidak, sewa pelaminan yang biasanya mencapai Rp2 juta bahkan ada yang menembus angka Rp3 juta, di Cubadak cukup mengeluarkan ko-cek dibawah Rp1 juta saja, pelaminan plus perlengkapan dapur sudah bisa dipakai. Sungguh hebat bukan?.
Kalau hal ini saya bandingkan de-ngan nagari saya, tentu saya kalah. Di nagari saya tidak ada gebrakan hebat itu, PKK Muaro Paiti lebih sering me-ngadakan lomba-lomba. Saya yakin, kalau mau PKK Muaro Paiti pasti juga bisa melakukan hal yang serupa, wa-laupun tidak dibidang pelaminan mi-salnya. Warga Cubadak ini juga memakai orgen tunggal pada acara baraleknya, namun tidak ada perkelahian disana. Acara berjalan lancar, artis orgennya berpakaian sopan, menyanyikan lagu minang dan sesekali menyanyikan la-gu pop. Sungguh damai.
Ironisnya di nagari saya, akhir-akhir ini sering terjadi perkelahian pemuda. Apalagi saat acara-acara malam. Hal ini sepatutnya tidak perlu terjadi kalau kita menyadari bahwa kita adalah ke-luarga besar yang harusnya hidup ber-dampingan dan saling tolong meno-long.
Keberadaan saya di Cubadak wa-laupun cuma satu malam, namun ba-nyak pengalaman berarti disana. Semoga ini ada hikmahnya.*
Beberapa bulan lalu saya berkunjung ke kampung teman saya di Tanah Da-tar. Tepatnya di jorong Supanjang, na-gari Cubadak, kecamatan Limo Kaum. Saya ketempat kakak teman saya itu yang kebetulan baralek.
Seperti halnya nagari saya,Muaro Paiti. Nagari Cubadak ini tidaklah isti-mewa. Bahkan kalau saya boleh meni-lai,nagari saya jauh lebih hebat dari nagari Cubadak itu. Warga Cubadak rata-rata ke ladang dan berkebun. Ada yang berkebun cabe,tomat dan ba-wang. Ada pula yang bersawah, dan tidak sedikit juga yang berkebun sam-bil bersawah.
Dari segi kemakmuran, kampung saya juga lebih unggul. Di nagari Cu-badak itu yang punya motor rata-rata tukang ojek, beda dengan kampung saya, hampir tiap rumah ada motor-nya. Bahkan banyak yang mempunyai motor lebih dari satu. Makmur sekali kampung saya ini. Apalagi? Pendidi-kan, kampung saya Muaro Paiti juga tetap unggul, data Himapemupa men-catat untuk yang di Padang saja pela-jar dan mahasiswa Muaro Paiti me-nembus angka 100 orang. Namun ada yang menarik saya lihat tradisi disana, yaitu setiap warga bara-lek boleh memakai pelaminan yang di sediakan oleh PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) setem-pat. Ya,PKK nagari Cubadak menye-diakan pelaminan buat warga yang baralek,tentunya dengan sewa yang sangat terjangkau. Hal ini sangatlah positif, mengingat mahalnya biaya baralek saat ini. Dengan terobosan PKK tersebut dapat meringankan be-ban masyarakat Cubadak.
Batapa tidak, sewa pelaminan yang biasanya mencapai Rp2 juta bahkan ada yang menembus angka Rp3 juta, di Cubadak cukup mengeluarkan ko-cek dibawah Rp1 juta saja, pelaminan plus perlengkapan dapur sudah bisa dipakai. Sungguh hebat bukan?.
Kalau hal ini saya bandingkan de-ngan nagari saya, tentu saya kalah. Di nagari saya tidak ada gebrakan hebat itu, PKK Muaro Paiti lebih sering me-ngadakan lomba-lomba. Saya yakin, kalau mau PKK Muaro Paiti pasti juga bisa melakukan hal yang serupa, wa-laupun tidak dibidang pelaminan mi-salnya. Warga Cubadak ini juga memakai orgen tunggal pada acara baraleknya, namun tidak ada perkelahian disana. Acara berjalan lancar, artis orgennya berpakaian sopan, menyanyikan lagu minang dan sesekali menyanyikan la-gu pop. Sungguh damai.
Ironisnya di nagari saya, akhir-akhir ini sering terjadi perkelahian pemuda. Apalagi saat acara-acara malam. Hal ini sepatutnya tidak perlu terjadi kalau kita menyadari bahwa kita adalah ke-luarga besar yang harusnya hidup ber-dampingan dan saling tolong meno-long.
Keberadaan saya di Cubadak wa-laupun cuma satu malam, namun ba-nyak pengalaman berarti disana. Semoga ini ada hikmahnya.*
0 Response to "Cubadak, PKK dan Mauro Paiti"
Post a Comment